gkjw ponorogo

Sejarah GKJW Ponorogo

Sejarah GKJW Ponorogo

Benih Injil yang tumbuh di GKJW Ponorogo berawal ketika keluarga kristen Soedojo, sepasang suami istri yang bekerja di RSU Ponorogo. Suami berasal dari GKJ Tayu, istrinya dari GKJW Wonorejo Bantur,Malang.tahun demi tahun datanglah keluarga lainnya seperti keluarga Soetompo, keluarga Trinyoto, Keluarga Hutagalung, Keluarga Sitompul (HKBP), Keluarga Soedir Rekso Sudarmo GKJ (1947), Keluarga Soerojo (GKJ), Keluarga Soedarman (1948), dalam kehidupan iman mereka mereka kebaktian sendiri tanpa bimbingan Pendeta atau Majelis. Seiring dengan berjalannya waktu Pendeta Wirjo moesti dari GKJW Madiun kemudian menggembalakan keluarga-keluarga tersebut, dan pada tahun 1949 Sinode mengirim Guru Injil Hormat dari GKJW Ngulug, Dan tahun itu juga dapat merayakan natal di Gedung Padi Sentra di jl. Gajahmada Ponorogo Tahun 1950, dampak dari Clash (Agresi Belanda 2) mempengaruhi kelancaran pelayanan sehingga pelayanan Pdt. Wiryo sering terganggu keadaan, karena itu warga melayani sendiri, diantaranya P. Soedarman, P. Soedir dan Bp. Soerojo. Pada tahun itu juga Guru Injil Hormat, pindah ke Surabaya. Untuk kelancaran pelayanan warga juga meminta surat ijin kegiatan keagamaan, dan mendapatkan dari pemerintah militer kabupaten Ponorogo. Pada tanggal 3 Agustus 1950, Majelis Agung menugaskan Guru Injil Anton Harahap, dan ditempatkan di rumah bapak Soedojo. Sampai dengan tahun 1952 jumlah warga kristen GKJW di Ponorogo berjumlah 12 KK, pada tahun itu juga GI. Anton Harahap ditarik ke Malang, karena sakit.

Pada periode tahun 1952-1954, Peladen Padinan MA, menugaskan Pdt. Noetrijo, dan pada tahun 1952 , ditetapkan menjadi pepanthan Ponorogo bagian dari Pasamuwan Ngulug, dan tempat kebaktian ditempat (rumah) Bp. Soedojo. Karena warga makin bertambah dan tempat kebaktian kurang memadahi, maka atas kasih dan kemurahan Tuhan, pada tahun 1954 melalui seorang Kepala Sekolah SMPN1 Ponorogo, yang seorang Muhammadiyah mengijinkan bagian ruangan Sekolah, untuk tempat kebaktian. Dan masih pada tahun itu juga Pdt. Nutrijo ditarik MA untuk melayani tugas di Angkatan Laut di Surabaya, dan pepanthan Ponorogo dilayani Pdt. Lumadya Marmer.

Atas kerinduan warga untuk melayani bidang kesehatan, maka tanggal 1 juni 1956 mendirikan rumah bersalin yang diberi nama “Panti Wanita”, dan yang jadi pengurus saat itu Bp.dan Ibu Sitompul, Bu Soedarman, Bu Soedojo,Bu Lumadyomarmer, Bu Sudir dan P.Soerojo. dalam perkembangannya pada 7 Julitahun 2000 menjadi Rumah Sakit Griya Waluya, yang ditetapkan akte notaris tanggal 9 Mei 2001.

Pada tanggal 2 Pebruari 1957, Pdt.Lumadyo Marmer ditarik ke Surabaya, dan tanggal 3 Maret digantikan Pdt. Soerjanto Gardjito.beliau melayani di GKJW Ponorogo sampai dengan tahun 1980.

Untuk diketahui pula bahwa pepantan Ponorogo ditetapkan menjadi Pasamuwan Ponorogo, dalam sidang Majelis Agung, di MD Kediri Madiun, bertempat di Ponorogo pada tanggal 31 Maret sampai dengan 3 April 1959.Dalam kiprah pelayanan mewartakan injil, jemaat Ponorogo tahun 1960 mendirikan SMP Kristen, dan lulusannya menonjol, namun karena situasi tahun 1964 sekolah ditutup, namun demikian pada tahun 1969 PWKI mendirikan TK ESTER.

Pada tahun 1978 warga jemaat membeli tanah untuk dipakai mendirikan gedung gereja, dan atas kemurahan Tuhan pada tahun-tahun berikutnya berhasil mendirikan gedung gereja, di jl.Argopuro 28. Setelah Pdt. Surjanto G.pindah ke Mojokerto, jemaat dilayani Pdt.Konsulen dari Madiun. Pada tahu 1980 dilayani Pdt.Andhi Karada, namun beliau kemudian masuk Wamil, sehingga GKJW Ponorogo dilayani Pdt. Nuri Adi Wijoto, selanjutnya pada 1 Juli 1980 MA mengutus Pdt. Supandri Chr.Paulus. pelayanannya sampai dengan tahun 1990.

Pada tahun 1984, jemaat berhasil membangun pastori untuk pendeta, dan berikutnya membangun gedung gereja baru yang selesai dan diresmikan Bupati Ponorogo, pada tanggal 11 desember 1990. dan sampai sekarang ini dipakai untk ibadah. Untuk diketahui pula bahwa pada bulan Januari tahun 1986 atas pewartaan injil oleh Ev.Noercahyo, bekerjasama dengan LPMI dilayani permandian kudus, yang melahirkan pepanthan Karanglo,(17 KK = 38 warga).

Pada tahun 1974 Majelis Agung mempunyai Proyek Pekabaran Injil di Pacitan yang berhasil mengumpulkan warga kristiani yang ada di Pacitan, donorojo dan Nawangan, pada saat itu yang ditugasi melayani adalah GI Mujadji,yang kemudian menjadi pepanthannya Ponorogo, GI Mujadji, kemudian ditahbiskan menjadi pendeta pada bulan juni 1980, sedangkan Jemaat Induk Ponorogo mulai 5 Juli 1981dilayani Pdt.Supandri.Pelayanan Pdt.Mujadji di Pepanthan Pacitan, sampai dengan tahun 1987 karena beliau dimutasikan ke jemaat Ketanggung. Untuk melanjutkan pelayanan di pepanthan Pacitan, Vikaris Bambang Purwoadi yang kemudian ditahbiskan menjadi Pendeta jemaat Ponorogo yang ditugaskan untuk melayani pepanthan Pacitan, dilantik tanggal 14 Agustus 1987. Pelayanan Pdt. Supandri di jemaat Ponorogo sampai dengan tahun 1990, yang kemudian pada tahun 1991 menerima Pdt.R.Soeprojo yang dimutasi dari jemaat Pasuruan, pada bulan nopember 1997 beliau meninggal, karena itu jemaat dikonsuleni oleh Pdt.Rudy Sewoyo dari Madiun, pada tahun 1998 jemaat Ponorogo menerima Pdt. Kristanto STh, sampai dengan bulan mei 2005, pada tahun ini juga jemaat komplang dan di konsuleni Pdt.Pujisiswo dari Pacitan, sampai dengan bulan Nopember. Selanjutnya Pdt. Yuedi Kumariyanto dilantik menjadi pendeta jemaat Ponorogo pada tanggal 13 Nopember 2005, mutasi dari jemaat Wotgalih. Pada tanggal 16 November 2014 Pdt. Yuedi Kumariyanto diutus untuk melanjutkan studinya, sekaligus diangkat sebagai pendeta konsulen yaitu Pdt. Agus Supriyono, S.Si dari jemaat Trenceng. Pada tanggal 17 Januari 2016 Pdt. Daru Prasongko, S.Si dilantik menjadi pendeta jemaat Ponorogo sampai sekarang.

Don`t copy text!